Away In The Silence | Chapter 7 – The Seven Of Truth

Seo Joon menghembuskan nafasnya perlahan, merapihkan sedikit dasi kupu-kupunya. Mencoba menghirup aroma bunga yang ia pegang untuk menenangkan hatinya, menghitung langkah sebelum ia masuk ke dalam apartemen untuk menjemput Ji Won. Ia hendak menekan bel tapi pintu dihadapannya sudah terbuka, memunculkan sosok cantik yang sudah menyambutnya dengan senyum lebar.

Annyeong adik ipar.” Sapa Ji Yeong semangat.

Seo Joon yang terlihat memukau malam itu hanya bisa tersenyum, Annyeong, kakak ipar.” Sapanya pada sahabat seumurnya ini, menyerahkan bunga yang ia bawa pada wanita yang sedang mengandung itu.

Whooa, yeppoda.. gomawo nae chingu.”

Ne, cheonma. Mana Wonnie?” tanyanya sudah tidak sabar, karena malam ini mereka berdua harus menghadiri acara di rumah sakit secara bersama-sama.

“Di dalam, sedang memakai gaun. Ayo masuk, kau mau minum?”

Seo Joon ikut masuk kedalam apartemen, mengikuti Ji Yeong yang berjalan perlahan menuju dapur untuk mengambil pot dan mengisinya dengan air.

Ani, aku menunggu saja.”

Ji Yeong mencoba membuka bingkisan bunga dan memasukannya kedalam pot bening, “Perlukah aku memberi saran?”

Mata Seo Joon mengerjap, “Saran?”

“Jangan membuatnya hamil terlebih dahulu. Ia masih berusia 25 tahun, bisakah kalian memiliki anak setelah anakku berusia 2 tahun?”

Wajah Seo Joon seketika langsung memerah, “Hya, Ji Yeong noona!” protesnya, jika saja keadaan normal dipastikan Ji Yeong akan langsung memukul kepalanya karena dipanggil noona. Fakta bahwa Ji Yeong – Jong Hyuk lahir di bulan Juli, sedangkan Seo Joon lahir di bulan desember, Ji Yeong tidak suka jika dirinya dipanggil noona.

Ji Yeong tertawa puas, melihat calon adik iparnya mulai sibuk mengambil gelas dan mengisinya dengan air. Bahkan pria ini sedikit melonggarkan dasinya, ia merasa dasinya terlalu mencekiknya.

“Hya, ada apa ini. Kenapa kamu tertawa sayang?” Hae Jin datang sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, melihat wajah Seo Joon yang memerah sekarang ia tahu jika isterinya itu tengah menggoda calon adik iparnya ini.

Ani, wajahnya sungguh lucu.” Ucapnya masih sibuk menahan tawa.

Hae Jin ikut tersenyum lalu merangkul pinggang isterinya, mengusap perut Ji Yeong yang sudah membesar dan akan terus membesar dalam 5 bulan kedepan.

Yeppoda, mmuah!” kecupnya pada kening isterinya itu, membuat Seo Joon sedikit risih.

Aigoo~ apa aku tidak dianggap?”

Pasangan suami isteri itu tersenyum menimpali, Mian, aku hilang orientasi jika sudah dihadapan wanita ini.” Jawab Hae Jin sambil memeluk Ji Yeong dengan posesive.

Oppa.. eonni.. bisakah kalian berdua masuk kamar saja?!” Ji Won datang dengan langkah anggun, membuat Seo Joon terdiam seketika.

Hae Jin menoleh, “Whooa.. uri Wonnie sangat cantik.”

Ji Won mencibir pujian kakak iparnya itu, Ye, aku memang cantik setelah isteri Oppa.”

Hae Jin mengangguk, “Correct.”

Seo Joon masih terpesona akan penampilan Ji Won malam ini, gaun berwarna biru muda itu sangat pas ditubuhnya. “Ayo, kita pergi saja.” Ajak Ji Won sambil menggenggam tangan Seo Joon, membuat Seo Joon tersadar.

“Ye.” Jawabnya lalu membungkuk memberi hormat pada Ji Yeong dan Hae Jin tanda mereka berdua berpamitan.

Nikmati malam kalian, sampai jumpa. Pakailah pengaman, aku tidak akan bilang apapun pada Appa. Ji Yeong melambaikan tangannya pada Seo Joon dan Ji Won. “Aaah, aku rindu gaunku.” Keluhnya sambil menatap dan mengusap perut besarnya.

Hae Jin tersenyum lebar disisinya, “Gomawo~”

“Untuk?”

Tangan Hae Jin mengusap perut Ji Yeong dengan sayang, “Mengandung, merawat dan melahirkan anak kita. Lalu merelakan semua gaun-gaun cantikmu, pakaian kerjamu dan sepatu-sepatumu.”

Ji Yeong tertawa, meminta Hae Jin mendudukannya di meja dapur untuk bisa sejajar dengan suaminya ini. “Ne, cheonmaneyo. Popoo~”

Seo Joon dan Ji Won malam itu menjadi pusat perhatian diacara pesta penyambutan, keduanya tampak santai memasuki auditorium. Menyapa beberapa dokter yang sudah menjadi rekan dan perawat yang juga mengenal mereka. Seo Joon terus menarik Ji Won untuk mengikutinya kemana pun dia melangkah, dan selama satu jam mereka berdua tidak pernah terpisahkan. Membuat para pria menatap sebal pada Seo Joon dan para wanita meringis dengan penampilan yang tidak sebanding dengan Kim Ji Won.

“Membosankan?” bisik Seo Joon pada gadis disampingnya.

Ji Won mengangguk, “Sedikit.” Balasnya sambil menyuapi Seo Joon dengan sisa kue yang ia makan.

“Ji Won-ah..” panggilnya agak ragu.

“Hmm?”

“Jika nanti aku dipanggil kedepan dan berdiri disana, kau jangan marah kepadaku ne?”

Ji Won menatap kearah panggung auditorium, “Eiiy, kenapa aku harus marah? Apa kau akan menerima penghargaan lagi?”

Seo Joon tersenyum kecut, “Aku tidak yakin, kau harus tetap disisiku ne?”

Ji Won mengangguk lalu kembali melanjutkan makan kue yang terakhir, ia melihat pria dihadapannya ini tengah gugup. Hal yang langka untuk dilihat, karena biasanya Seo Joon selalu tampil penuh percaya diri. Meletakkan piring ia langsung mendekati Seo Joon, sedikit merapihkan dasi dan membersihkan jas pria ini. Mencoba sedikit meringankan beban gugup pada pria yang sudah menjadi kekasih yang baik dalam satu bulan ini.

“Jangan gugup, yakinkan kalau kau dokter terhebat se-Korea setelah aku. Hmm?”

Senyum Seo Joon langsung mengembang mendapati Ji Won tengah merapihkan dasinya dan memberi semangat, “Ne, arraseo. Kim uisanim.”

Mata Ji Won terbuka lebar saat bibirnya disentuh oleh bibir Seo Joon, dalam hati ia menghitung berapa detik Seo Joon menciumnya. Lima detik.

“Tunggu aku disini, jangan tinggalkan aku. Arratchi?” Wajah Ji Won yang memerah hanya bisa mengangguk, sedangkan Seo Joon berjalan menuju panggung auditorium.

“Perkenalkan, CEO baru untuk Park Foundation. Dokter Park Seo Joon, kami persilahkan.”

Semua orang dalam auditorium bertepuk tangan terkejut, tidak menyangka jika dokter bedah terbaik di Medical Center Hospital ini adalah anak dari pimpinan yayasan rumah sakit ini. Ji Won sendiri tidak menyangka jika Seo Joon adalah anak dari CEO Park Coorporation yang menanungi Park Foundation.

Seo Joon berdiri tegak dihadapan audience yang tengah menatapnya sekarang, termasuk Ji Won ikut menatapnya. Rasa gugupnya berubah menjadi rasa takut jika ia melihat Ji Won akan pergi meninggalkannya, seharusnya ia mengakui lebih awal bukan?

Park Seo Joon, anak dari seorang Park Young Jae, Presdir Park Coorporation yang bergerak dibidang manufaktur dan waralaba. Seharusnya Seo Joon juga mengakui jika ia memimpin Park Foundation sejak mereka lulus kuliah, jika saja ia bukan seorang dokter maka saat ini dirinya sudah menggantikan posisi sang Ayah. Beruntung adik laki-lakinya yang meneruskan usaha keluarga mereka, apa Ji Won akan tetap pergi?

Ji Won tersenyum dari jauh, memberi semangat pada Seo Joon untuk segera menyelesaikan beberapa ucapan singkat sebagai pemimpin dari Park Foundation. Perasaan takutnya sirna setelah Ji Won tersenyum cantik padanya, “Dan terakhir, aku mengucapkan terima kasih pada dr. Ji Won yang selalu menyemangatiku. I Love You, baby. Selamat Malam.”

Semua orang bertepuk tangan meriah untuk Seo Joon, senyum lebar menghiasi wajah tampan seorang Park Seo Joon dari atas panggung hingga kini berdiri dihadapan Ji Won kembali.

“Saranghae.” Ungkap Seo Joon tanpa malu-malu.

Ji Won tersenyum, meraih tangan Seo Joon dan mengecupnya. “Nado saranghae, sajang uisanim.”

Seo Joon memeluknya singkat, sangat singkat karena Ji Won akan terus mencubit pinggangnya jika ia tidak melepaskan pelukan tersebut. Dengan terpaksa Seo Joon mengalah, membiarkan hanya tangannya saja yang memegang erat tangan Ji Won. Kembali membawa gadis cantik itu mengikutinya, mengenalkan ke beberapa Direktur Medical Center Hospital ini. Ji Won membiarkan kakinya pegal karena Seo Joon yang selalu menariknya kesana kesini. Awalnya ia memang ingin marah karena Seo Joon tidak mengatakan sejujurnya, tapi mengingat bagaimana perjuangan mereka sejak masuk kedalam rumah sakit ini membuat Ji Won berpikir jika Seo Joon tidak bermaksud menipunya. Ia ingin benar-benar mempercayainya.

Aish, michigulae jinja.” Keluh Ji Won setelah 3 jam berdiri dan kini tengah berada didalam mobil, siap untuk pulang.

“Kau lelah? Mianhae..” ucap Seo Joon yang merasa bersalah karena membuat kaki Ji Won tersiksa.

Aigoo~ lebih baik aku berjalan puluhan kilometer sambil berjalan-jalan dibanding 3 jam disini dengan sepatu gila ini. Aku tidak percaya Eonni menyukai sepatu gila ini.” Ungkap Ji Won sambil melepas sepatu heel yang mencapai tinggi 15 cm itu.

“Kau jadi cuti di minggu depan?” tanya Seo Joon tiba-tiba.

Ne, tentu saja. Aku ingin keliling eropa lagi, London… I’m coming.”

Seo Joon menghentikan laju mobilnya ketika mereka sudah tiba di apartemen miliknya, Oppa.. kau mau menculikku?”

Seo Joon menggeleng cepat, Ani, aku ingin menunjukan sesuatu.” Ia langsung membuka seat belt-nya, berjalan cepat kearah Ji Won yang tengah mencoba memakai kembali high heelsnya. Ia tersenyum lalu dengan inisiatifnya ia menggendong Ji Won, membuat wajah wanita cantik itu kembali memerah.

“Apa yang ingin kau tunjukkan? Piagammu?” tanya Ji Won, yang ia tahu selama tujuh tahun terakhir Seo Joon sangat pamer akan semua penghargaan yang ia dapat.

Seo Joon tertawa, “Aniyeo.”

Ji Won membiarkan dirinya dibawa menuju apartemen Seo Joon, sedikit mengantuk ia menyandarkan kepalanya pada lekukan leher Seo Joon. Membuat Seo Joon sedikit kehilangan fokusnya, “Hya, Nona Kim. Jangan menggodaku.”

Ji Won tertawa, Wae? Aku menyukainya, oppa harum.” Jawabnya sambil tetap berada di leher Seo Joon, sedikit menciuminya hingga Seo Joon harus menahannya.

“Jika kau melakukannya lagi, aku jamin kau tidak akan pernah sampai ke rumah untuk malam ini.”

Jeongmal? Lagipula Appa dan Eomma sedang ke Jerman, menengok Jong Hyun oppa.” Ji Won kembali mendaratkan bibirnya di leher Seo Joon, menggoda kekasihnya itu hingga kini bibirnya sudah berada di bagian sensitive Seo Joon.

“Ji Won-ah, jangan mencoba untuk…” perkataan Seo Joon terkunci ketika Ji Won sudah berhasil menutup bibirnya dengan ciuman yang Ji Won lakukan.

Pintu lift sudah terbuka, tapi kedua pasang muda-mudi ini masih sibuk bergelut dengan bibir masing-masing. Merasakan cinta dan hasrat yang sudah mereka pendam beberapa tahun terakhir, Seo Joon sadar jika seharusnya ia tidak seperti ini. Ia ingin memiliki Ji Won sepenuhnya setelah resmi menikahinya, tapi godaan yang Ji Won lancarkan membuyarkan konsentrasinya untuk melamar gadis ini dan selama beberapa jam kedepan ia hanya ingin menikmati rasa manis yang berada pada diri seorang Kim Ji Won.

*#*#*#*

kkeut!!!
with love

-Sandara Park-

Leave a comment